Sabtu, 03 Desember 2011

KESAN DAN PESAN J (MAAP TELAT KANG, INTERNET SUSAH SOALNYA)


Preschool #2 : Listen and You’ll be Listened
Kesan
Twist-ending banget. Pada awalnya, saya bingung, kenapa topiknya seperti ini tapi malah disuruh kaya gini. Kita disuruh debat terbuka, ada panelis, pada awalnya saya bingung. Tetapi, ketika dijelaskan teh Fulki tentang makna sebenarnya dari acara ini, saya teriak kencang “OOOOOOHHHH GITUUUUU.” Barulah saya ngeh, ternyata ini tujuannya kita sampai debat. Apabila belum ingin, atau ingin mengajukan pendapat, dengarkan dulu pendapat teman kamu. Gitu.
Pesan
Mungkin agak ke masalah teknis ya akang/teteh. Soalnya, begitu datang saya ga tahu bahwa tugas harusnya di-print.
Preschool #3 : Menjadi Seorang Pemimpin
Kesan
Materinya poooooooooool!!! Bagus banget!!! Pembicaranya juga hebat, dan untungnya dia punya waktu kosong dan ngisi materi buat kita. Walaupun terkesan materinya seperti mata kuliah MKU-mya Jeng Ana.
Pesan
Mantab.
Temu Prof Tri #1 (semoga ada yang berikutnya, hehehe)
Kesan
Sangat inspiratif. Tapi, jujur, menurut saya, apa yang Prof. Tri katakan kemarin sama sekali tidak menjawab pertanyaan dari kita. Malah membuat kita pusing dan akhirnya kita, atau mungkin saya pribadi bertanya-tanya. Yang kita inginkan itu solusi, bukan permainan kata. Kemarin Mala juga bertanya teknis langsung “Bagaimana dengan FMB, Prof?” tetapi Prof Tri malah menunjuk Okky untuk menjawab, yang dimana Okky itu tidak tahu situasi FMB seperti apa. Sebenarnya, dalam pikiran saya, yang bakalan terjadi itu, seperti FTM, bagaimana kita duduk bareng, keluarkan semua unek-unek kita tentang kemahasiswaan, dengan tujuan nantinya dekanat dan senat bisa berjalan bersama, dan tidak ada yang dirugikan antar kedua belah pihak. Tapi, entah kharisma Prof. Tri yang membuat kita tidak bisa bertanya, atau bagaimana, kemarin itu lebih seperti “temu kangen.”
Pesan
Kalo bisa sebelum duduk bareng Prof. Tri ada briefing terlebih dahulu, untuk menyamakan tujuan, apa yang ingin kita dapatkan dalam perjumpaan dengan Prof. Tri ini.

STUDI BANDING KE FAKULTAS SASTRA DAN FAKULTAS HUKUM UNPAD


STUBAN KE FAKULTAS HUKUM UNPAD

1. HUBUNGAN BEM DENGAN UKM-NYA
Sejajar, dalam artian UKM-UKM yang berada di bawah naungan FH semuanya tidak berada di bawah BEM-nya, melainkan berada sendiri. Mereka saling berkoordinasi dan juga saling berkerja sinergis.

2. SUMBER PENDANAAN
Pendanaan memilik 2 mekanisme : danus (dana usaha) dan dana dari fakultas.
Pertama, BEM akan mendapatkan kucuran dana dari fakultas. Setelah itu, BEM akan meregulasi dana yang telah mereka dapatkan untuk 2 pihak : BEM itu sendiri dan UKM-UKM lainnya. Tergantung banyak proker yang dijalankan. Setelah mendapatkan dana dari sana, mereka nantinya akan mencari tambahan dana melaui dana usaha dan sponsorship, yang dimana dana usaha dan sponsorship tersebut rata-rata menutupi 85% pendanaan mereka.

3. PUBLIKASI
Propaganda yang mereka lakukan pada umumnya sama dengan FK, dengan ara publikasi atau dengan open recruitment.  Selain itu, untuk publikasi, mereka rata-rata menjalankannya dengan media pamflet, selebaran, spanduk hingga baligo.



STUBAN KE FAKULTAS SASTRA UNPAD
1. HUBUNGAN BEM DENGAN UKM-NYA
UKM tidak berada di bawah BEM, namun mereka dikoordinasikan dengan BEM. Pengkooordinasian itu dilakukan di bawah Departemen Seni Budaya dan Olahraga (sama seperti SPU FK UNPAD).

2. SUMBER PENDANAAN
Diberikan dana awal dari fakultas, dengan cara mengajukan proker-proker ke dekanat. Setelah mendapatkan dana segar dari fakultas, mereka mencari tambahan dana dengan danus (dana usaha).

3. PUBLIKASI
Propaganda yang mereka lakukan pada umumnya sama dengan FK, dengan cara publikasi atau dengan open recruitment.  Selain itu, untuk publikasi, mereka rata-rata menjalankannya dengan media pamflet, selebaran, spanduk hingga baligo.








APABILA KAMU DIBERIKAN 20 STAFF, MAKA USAHA APA YANG AKAN KAMU LAKUKAN UNTUK MENJAGA STAFF KAMU?


Bila saya ditanya akan hal seperti itu, yang saya akan sadari pertama bahwa : kinerja yang baik akan datang dengan manajemen anggota yang baik oleh ketuanya. Tentunya saya akan meng-upgrade diri saya terlebih dahulu sebelum saya menjadi pemimpin anggota saya yang lain.
Setelah itu, saya akan mencari tahu terlebih dahulu SWOT mereka. Dengan mengetahui SWOT mereka, kepribadian mereka, saya bisa tahu kelebihan dan kekurangan serta job desk yang sesuai dengan keterampilan mereka. Setelah itu, saya juga akan melakukan pendekatan intrapersonal terhadap anggota, untuk menjalin kekerabatan antara anggota dan ketua, karena sering timbul permasalahan seperti anggota yang tidak mempercayai ketua, semangat tiba-tiba turun di tengah kepengurusan, dll. Nah, dengan pendekatan intrapersonal terhadap anggota, kita jadi lebih mengerti akan keinginan anggota, apa yang sebenarnya diharapkan anggota terhadap kita sebagai ketua ataupun harapan pada organisasi keseluruhan. Dengan itu, kita juga jadi lebih mengetahui apakah ada satu anggota yang bisa dikatakan “tersinggung” terhadap anggota lain, ataupun bahkan ke kita sebagai ketua.
Nah, dengan mengetahui poin-poin penting di atas, kita bisa dengan cermat membentuk suasana yang kondusif di dalam kepengurusan. Dan lagi, apabila memang ada “clash” dalam kelompok, maka kita sebagai ketua bisa mengambil jalan tengah dalam permasalahan tersebut.
Dari poin-poin di atas, yang paling ingin saya tekankan yakni suasana yang kondusif. Sebenarnya, suasana yang kondusif bukan hanya tugas ketua, tapi melibatkan semua elemen yang ada dalam kepengurusan. Dengan menciptakan suasana yang kondusif, akan tercipta tidak hanya hubungan yang baik antar elemen, tapi juga satu kesinergisan gerak yang nantinya akan membawa organisasi tersebut terbang melesat.

Hasilkan Sampah Minimal Satu Ton Per Hari, Unpad Akan Bangun Tempat Pengelolaan Sampah di Jatinangor

[Unpad.ac.id, 25/02/2011]
Untuk menangani, mengelola serta memanfaatkan sampah, Unpad membentuk tim untuk menangani dan memanfaatkan sampah yang dihasilkan di Kampus Unpad Bandung dan Kampus Jatinangor. Tim tersebut terdiri dari para pakar serta ahli di bidang sampah yang akan membuat konsep pembangunan tempat pembuangan dan pengelolaan sampah berbasis pembelajaran.
“Kita ingin mereka (para ahli penanganan sampah Unpad) untuk berembuk supaya melahirkan satu konsep mau diapakan sampah ini. Selain itu diharapkan dapat menemukan satu konsep bukan hanya sebagai tempat pengelolaan atau pembuangan sampah, tetapi untuk tempat pembelajaran juga,” tutur Kepala Bagian Tata Usaha dan Rumah Tangga Unpad, Edward Henry, S.Ip., MM., saat ditemui seusai menghadiri Rapat Pengelolaan Sampah di Jatinangor, di Ruang Executive Lounge Gedung 2 Lt. 2, Jln. Dipati Ukur 35 Bandung, Jumat (25/02).
Edward mengatakan bahwa tempat pengelolaan dan pembuangan sampah Unpad yang rencananya akan di bangun di Jatinangor tersebut harus bisa dimanfaatkan untuk menunjang berbagai kegiatan dalam bidang pendidikan.
“Saya ingin di lokasi yang akan di bangun nanti orang bisa melakukan kegiatan yang bermanfaat, entah itu penelitian, terkait mikrobiologi, atau pemanfaataan sampah menjadi daur ulang sehingga bisa menjadi tempat belajar juga,” ungkap Edward.
Dalam pemaparannya, Edward juga mengatakan bahwa selain bisa digunakan untuk kegiatan pendidikan, tempat pengelolaan dan pembuangan sampah tersebut bisa memaksimalkan keterlibatan masyarakat sekitar. “Masyarakat harus bisa andil di sana entah itu sebagai pemilah atau pendaur ulang, sehingga ada penyerapan tenaga kerja juga di wilayah sekitarnya,” paparnya.
Terkait dengan sampah, Edward mengakui bahwa selama ini Unpad terus berupaya untuk menangani masalah sampah, baik itu yang dihasilkan di Kampus Dipati Ukur maupun di Kampus Jatinangor. Oleh karena itu konsep yang dirumuskan oleh berbagai tim ahli Unpad tersebut diharapkan dapat memecahkan permasalahan tersebut.
Dari data yang didapatkan, volume sampah yang dihasilkan dari Kampus Dipati Ukur setiap dua hari itu menghasilkan dua ton, artinya ada satu ton per hari sampah yang harus ditangani. Sampah tersebut campur, ada sampah organik dan non organik seperti kertas, stereofoam, kaca, plastik.
“Dari Dipati Ukur itu sekitar 30 ton sebulan kita angkut ke Jatinangor, yang organik seperti daun bisa menjadi kompos namun sisanya yang sampah plastik itu tidak terselesaikan,” lanjut Edward.
Edward menegaskan bahwa Unpad sebagai universitas besar dengan ahli-ahli penanganan sampah tidak tinggal diam dalam menangi salah satu permasalahan lingkungan tersebut. “Apapun ceritanya, urusan dengan sampah itu akan membawa dampak yang tidak baik. Artinya akan berkaitan dengan penyakit, polusi udara maupun lingkungan. Kalau kita diam saja itu salah, kita universitas besar dengan ahli-ahli penanganan sampah, kita tidak berbuat apa-apa ya kita malu,” tutupnya. (eh)*

Pada akhirnya, sampah di sekitar DU dan Jatinangor adalah hal yang harus ditangani oleh UNPAD. Dengan beragam fakultas dan juga mahasiswa yang begitu banyak, pasti akan dihasikan sampah yang begitu banyak d lingkungan kampus. Belum dihitung masalah sampah yang kadang dibuang sembarangan. Maka dari itu, tugas semua elemen UNPAD-lah yang dapat mengolah sampah tersebut, sehingga menghasilkan kampus bersih idaman mahasiswa.