Sabtu, 03 Desember 2011

Hasilkan Sampah Minimal Satu Ton Per Hari, Unpad Akan Bangun Tempat Pengelolaan Sampah di Jatinangor

[Unpad.ac.id, 25/02/2011]
Untuk menangani, mengelola serta memanfaatkan sampah, Unpad membentuk tim untuk menangani dan memanfaatkan sampah yang dihasilkan di Kampus Unpad Bandung dan Kampus Jatinangor. Tim tersebut terdiri dari para pakar serta ahli di bidang sampah yang akan membuat konsep pembangunan tempat pembuangan dan pengelolaan sampah berbasis pembelajaran.
“Kita ingin mereka (para ahli penanganan sampah Unpad) untuk berembuk supaya melahirkan satu konsep mau diapakan sampah ini. Selain itu diharapkan dapat menemukan satu konsep bukan hanya sebagai tempat pengelolaan atau pembuangan sampah, tetapi untuk tempat pembelajaran juga,” tutur Kepala Bagian Tata Usaha dan Rumah Tangga Unpad, Edward Henry, S.Ip., MM., saat ditemui seusai menghadiri Rapat Pengelolaan Sampah di Jatinangor, di Ruang Executive Lounge Gedung 2 Lt. 2, Jln. Dipati Ukur 35 Bandung, Jumat (25/02).
Edward mengatakan bahwa tempat pengelolaan dan pembuangan sampah Unpad yang rencananya akan di bangun di Jatinangor tersebut harus bisa dimanfaatkan untuk menunjang berbagai kegiatan dalam bidang pendidikan.
“Saya ingin di lokasi yang akan di bangun nanti orang bisa melakukan kegiatan yang bermanfaat, entah itu penelitian, terkait mikrobiologi, atau pemanfaataan sampah menjadi daur ulang sehingga bisa menjadi tempat belajar juga,” ungkap Edward.
Dalam pemaparannya, Edward juga mengatakan bahwa selain bisa digunakan untuk kegiatan pendidikan, tempat pengelolaan dan pembuangan sampah tersebut bisa memaksimalkan keterlibatan masyarakat sekitar. “Masyarakat harus bisa andil di sana entah itu sebagai pemilah atau pendaur ulang, sehingga ada penyerapan tenaga kerja juga di wilayah sekitarnya,” paparnya.
Terkait dengan sampah, Edward mengakui bahwa selama ini Unpad terus berupaya untuk menangani masalah sampah, baik itu yang dihasilkan di Kampus Dipati Ukur maupun di Kampus Jatinangor. Oleh karena itu konsep yang dirumuskan oleh berbagai tim ahli Unpad tersebut diharapkan dapat memecahkan permasalahan tersebut.
Dari data yang didapatkan, volume sampah yang dihasilkan dari Kampus Dipati Ukur setiap dua hari itu menghasilkan dua ton, artinya ada satu ton per hari sampah yang harus ditangani. Sampah tersebut campur, ada sampah organik dan non organik seperti kertas, stereofoam, kaca, plastik.
“Dari Dipati Ukur itu sekitar 30 ton sebulan kita angkut ke Jatinangor, yang organik seperti daun bisa menjadi kompos namun sisanya yang sampah plastik itu tidak terselesaikan,” lanjut Edward.
Edward menegaskan bahwa Unpad sebagai universitas besar dengan ahli-ahli penanganan sampah tidak tinggal diam dalam menangi salah satu permasalahan lingkungan tersebut. “Apapun ceritanya, urusan dengan sampah itu akan membawa dampak yang tidak baik. Artinya akan berkaitan dengan penyakit, polusi udara maupun lingkungan. Kalau kita diam saja itu salah, kita universitas besar dengan ahli-ahli penanganan sampah, kita tidak berbuat apa-apa ya kita malu,” tutupnya. (eh)*

Pada akhirnya, sampah di sekitar DU dan Jatinangor adalah hal yang harus ditangani oleh UNPAD. Dengan beragam fakultas dan juga mahasiswa yang begitu banyak, pasti akan dihasikan sampah yang begitu banyak d lingkungan kampus. Belum dihitung masalah sampah yang kadang dibuang sembarangan. Maka dari itu, tugas semua elemen UNPAD-lah yang dapat mengolah sampah tersebut, sehingga menghasilkan kampus bersih idaman mahasiswa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar